January 14, 2013

Press Release 9 Tahun Transjakarta: Menjadi Angkutan Umum Massal Andalan Kota Jakarta

Pada 15 Januari 2013, Transjakarta BRT genap berusia 9 tahun dan hingga hari ini dengan segala tantangan yang muncul Transjakarta tetap menjadi  angkutan andalan Kota Jakarta. Pada awalnya operasinya di 2004, besar harapan Pemerintah DKI Jakarta bahwa sistem TransJakarta BRT dapat memberikan layanan yang nyaman, aman dan cepat bagi seluruh lapisan masyarakat kota Jakarta. Akan tetapi, setelah 9 tahun beroperasi, harapan tersebut belum sepenuhnya dapat terpenuhi, hal tersebut terlihat dari 11 koridor dengan 26 rute yang telah beroperasi baru dapat melayani paling banyak 390.000 orang per hari. Selain itu, dari seluruh pengguna TransJakarta, baru 24,9% yang berpindah dari sepeda motor dan 10,3% yang berpindah dari mobil. Hal ini menunjukkan bahwa layanan TransJakarta BRT belum optimal, bahkan jumlah penumpang TransJakarta berkurang hingga 3% dari sebanyak 114.783.842 orang pada 2011 menjadi 111.251.868 orang pada 2012.

Permasalahan kualitas pelayanan yang semakin turun, merupakan konsekuensi dari akumulasi masalah mulai dari tidak sterilnya jalur, baru 6 stasiun pengisian BBG yang melayani seluruh armada bus TransJakarta dan sejumlah masalah teknis seperti kurangnya armada, belum adanya control room untuk pengelolaan operasional bus TransJakarta dan dimensi halte yang terbatas menyebabkan penumpang tidak terakomodasi secara optimal pada jam-jam padat. Hal ini membutuhkan kerjasama antara pemangku kepentingan yang terlibat, seperti Polantas untuk membantu penegakan hukum bagi pelanggar yang masuk ke dalam jalur TransJakarta, penambahan stasiun pengisian BBG oleh PT. Pertamina/ PT. PGN, perawatan bus yang sesuai oleh operator-operator bus TransJakarta, penyediaan akses trotoar yang memadai oleh dinas pertamanan dan pemakaman, jalur khusus TransJakarta yang terawat dan tidak berlubang oleh dinas Pekerjaan Umum serta perawatan dan pengembangan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) dan Halte oleh Dinas Perhubungan.

 

Dibalik permasalahan ini, Transjakarta  sesungguhnya memiliki potensial yang sangat besar untuk mengurai kemacetan di Jakarta. Transjakarta yang baru saja menambah koridor 12 (Tanjung Priuk-Pluit), menjadikan sistem ini sebagai sistem BRT terpanjang di dunia. Jika dikembangkan kapasitasnya, Transjakarta dapat menjadi high capacity BRT yang dapat mengangkut lebih dari 1 juta penumpang setiap harinya. Untuk merealisasikan ini, upaya integrasi perlu dilakukan terhadap moda-moda angkutan umum lain seperti Kopaja dan Metromini sebagai langkah awal dalam merevitalisasi angkutan umum di Jakarta. Dengan integrasi yang tepat secara fisik, pembayaran dan sistem, Transjakarta akan mampu mengekspansi layanan lebih luas secara lebih efisien tanpa harus membangun koridor-koridor baru, menambah armada baru, atau menambah rute baru.

Beberapa upaya perbaikan oleh Transjakarta juga sudah dimulai dilihat dari armada baru yang didatangkan sebanyak 66 unit dari Cina dan saat ini sedang melaksanakan uji coba di koridor 1. Sistem informasi yang real-time juga mulai dikembangkan dengan menempatkan 203 CCTV di dalam bus dan halte dan 30 diantaranya dapat diakses langsung melalui situs Transjakarta. Begitu juga penerapan Smart Card terus dikembangkan, dimana saat ini pengguna sudah dapat menikmati di koridor 6 dan akan diterapkan di seluruh koridor.

Potensi Transjakarta semakin terlihat seiring dengan perbaikan-perbaikan yang dilakukan. Pada dasarnya, Transjakarta telah berada pada jalur yang benar dan untuk itu diperlukan otoritas yang total untuk mencapai tujuan. ITDP mendorong Transjakarta untuk dapat mengubah statusnya menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan harapan institusi TransJakarta dapat menerapkan good governance dengan mengutamakan akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanannya. Pembentukkan BUMD merupakan transformasi dari status saat ini sebagai Unit Pengelola (UP) dibawah naungan Dinas Perhubungan DKI Jakarta. BUMD ini memungkinkan Transjakarta memiki fleksibilitas dan otoritas penuh secara inovatif dalam mengelola sistem keuangannya, aset dan operasional guna mencapai Standar Pelayanan Minimum (SPM).  Transjakarta BUMD akan dapat membantu Transjakarta menjawab beberapa permasalahan teknis. Pembesaran kapasitas halte dan kapasitas lajur agar waktu tunggu dapat dimaksimalkan menjadi 3 menit saat jam padat merupakan langkah awal Transjakarta setelah BUMD. Diperkirakan dengan memperbesar kapasitas lajur, halte dapat diperbesar hingga 100 m untuk mengakomodasi 5-6 bus dan berhenti secara bersamaan. Dengan kapasitas sebesar ini, kapasitas lajur dapat ditingkatkan hingga 21000 orang/ jam/ arah. Jika pelayanan dapat dioptimalkan, dengan BUMD diperkirakan Transjakarta pada tahun 2020 akan dapat melayani lebih dari 675 juta orang.

Dengan peningkatan layanan berbasis customer oriented, TransJakarta dapat menjadi contoh bagi angkutan umum lainnya.  Saat ini TransJakarta merupakan angkutan umum pro poor dimana 30% pengguna TransJakarta berpenghasilan sekitar Rp1-2,5 juta/bulan, pro growth dengan penggunaan BBG telah menghemat konsumsi BBM bersubsidi sebesar 205 Juta Liter, pro environment dimana dari perpindahan pengguna kendaraan pribadi dan bus umum ke TransJakarta dapat mengurangi emisi GRK sebanyak 221.615 ton CO2 dari tahun 2004-2011, pro gender dimana TransJakarta memberi peluang untuk partisipasi perempuan sebanyak 107 pramudi perempuan dan 700 kasir perempuan bekerja untuk penjualan tiket, dan pro job dimana TransJakarta membuka lapangan kerja bagi 5.036 orang pegawainya, selain itu membuka peluang bisnis pendukungnya seperti SPBG, operator Bus, manufaktur Bus, konveksi seragam, cleaning service dan petugas keamanan.

Contact: 021 36769930 (Putri)

Subscribe

Sign up for updates on our projects, events and publications.

SIGN UP
Send this to a friend